Cerita Dewasa Semua Berawal Dari Adu Kepiting Lama-Lama Jadi Adu Kelamin
Kompas69 — Cerita Dewasa Semua Berawal Dari Adu Kepiting Lama-Lama Jadi Adu Kelamin — Aku
Anis, kembali akan menyumbangkan suatu kisah tentang sepasang suami
istri yang baru saja menikah lalu tinggal di suatu daerah pegunungan
yang jauh dari keramaian dengan harapan agar mereka bisa terhindar dari
pergaulan, bahaya lalu lintas dan kesalahpahaman dengan orang lain. Di
samping itu, ia juga menghindarkan istrinya dari gangguan laki-laki lain
yang menyukainya karena istrinya sangat cantik sehingga jadi rebutan di
kampung asalnya.
Mereka
berdua hidup dalam kesunyian, namun ia tidak kesulitan makanan karena
selain ia berkebun dan bertani, juga ia rajin ke sungai untuk menangkap
ikan sebagai lauknya. Beberapa bulan kemudian, sang istri mulai
mengidam, sehingga membutuhkan makanan tertentu sesuai selera dan
keinginannya sebagaimana layaknya perempuan lainnya yang mengidam.
Suatu hari, sang istri tampak tidak enak perasaannya dan selalu emosi akibat pengaruh dari janin yang dikandungnya.
“Mas, boleh ngga minta tolong sama kamu?” tanya sang istri lembut.
“Soal apa dinda?” sang suami balik bertanya dengan lembut pula.
“Aku ingin sekali makan kepiting, Mas. Boleh ngga Mas mencarikan aku?”
“Wah, wah, wah, bagaimana mungkin kita bisa mendapatkan kepiting di puncak gunung seperti ini?” kata sang suami.
“Soal apa dinda?” sang suami balik bertanya dengan lembut pula.
“Aku ingin sekali makan kepiting, Mas. Boleh ngga Mas mencarikan aku?”
“Wah, wah, wah, bagaimana mungkin kita bisa mendapatkan kepiting di puncak gunung seperti ini?” kata sang suami.
“Tolong cari donk. Berusahalah. Pasti Mas bisa menemukannya. Kalau aku nggak masalah, tapi yang ini nih,” desak sang istri sambil menunjuk janin yang ada dalam perutnya.
Setelah
lama didesak, akhirnya sang suami pergi juga meninggalkan rumah untuk
mencari kepiting. Dia berjalan mengelilingi hutan dan naik turun dari
gunung yang satu ke gunung yang lainnya, bahkan menelusuri beberapa
sungai-sungai kecil yang ada di tengah hutan. Ketika ia menemukan sebuah
sungai yang agak deras airnya, ia lalu turun dan mencoba mencari
lubang-lubang yang ada di pinggirnya.
Setelah
ia menemukan suatu lubang yang agak besar dan dalam, ia lalu memasukkan
tangannya ke dalam lubang itu. Bahkan mencoba mengeluarkan air dan
lumpurnya hingga lubang itu bertambah besar dan dalam, sampai-sampai
seluruh badannya bisa masuk. Suluruh tubuhnya basah kuyup dengan lumpur
bercampur keringat karena ia merasa penasaran dan yakin sekali kalau
dalam lubang itu ada kepitingnya.
Dalam
keadaan bermandikan keringat bercampur lumpur, ia mengkonsentrasikan
diri hanya pada isi lubang itu, ia lalu membuka seluruh pakaiannya yang
basah lagi kotor itu. Tiba-tiba ia mendengar suara kaki berjalan di air.
Semakin lama kedengarannya semakin dekat, bahkan terdengar ada suara
manusia yang sedang bicara, sehingga ia merasa sangat ketakutan karena
selama ia tinggal di daerah itu belum pernah bertemu dengan orang lain
kecuali hanya istrinya. “Jangan-jangan orang itu adalah penjahat atau
orang hutan”, demikian pikirnya. Ia lalu masuk sekalian ke dalam lubang
itu unutk bersembunyi dengan tanpa busana sehelaipun. Dalam keadaan
menungging dengan pantat mengarah ke pintu lubang tersebut, ia melihat
melalui selangkangannya, ternyata ada 4 betis berdiri hanya kurang lebih
berjarak 30 cm dari pantatnya.
Ia gemetar sangat ketakutan sehingga dengan tanpa sengaja kencingnya menetes keluar melalui kontolnya yang tergantung lemas.
“Wah,
ini ada buah-buahan langka dan kelihatan indah sekali” sang suami itu
mendengar suara dari salah seorang yang kakinya kelihatan itu. Bahkan
orang itu sempat meraba dan menarik-narik kontol sang suami yang
disangkanya buah-buahan, sehingga sang suami itu semakin ketakutan
hingga menyebabkan air kencingnya tambah banyak keluar. Ia tak mau
bergerak karena takut diketahui kalau ia adalah manusia.
“Buah
apa itu teman?” tanya salah seorang dari mereka yang berdiri itu sambil
ikut memegang dan menarik-narik buah tergantung itu.
Tiba-tiba
pantat sang suami mengeluarkan suara kentut sehingga kedua orang hutan
yang berdiri itu mencium bau busuk. Lalu temannya menjawab..
“Mungkin
inilah yang dinamakan buah busuk-busuk” lalu kedua orang itu sepakat
meninggalkan tempat itu dan bermaksud memetik buah busuk-busuk itu
setelah ia kembali dari menebang kayu di hutan.
Setelah
kedua orang hutan itu pergi, maka sang suami yang masuk ke lubang tadi
segera keluar dan pulang terburu-buru ke rumahnya sambil menjinjing
pakaiannya. Sesampainya di rumah, sang istri heran karena suaminya
berlari terengah-engah tanpa mengenakan pakaian.
“Kok
begitu Mas. Ada apa? Kenapa lari seperti orang ketakutan? Mana
kepitingnya?” Pertanyaan sang istri bertubi-tubi pada sang suami, namun
ia tetap belum mampu menjawab karena sangat lelah dan ketakutan.
“Mm.. maaf dinda, aku tidak berhasil menangkap kepitingnya” jawab sang suami dengan nafas terengah-engah.
“Kenapa Mas? Ada masalah apa di sungai?” desak sang istri.
“Anu.. Anu dinda. Sulit ditangkap karena lubangnya terlalu dalam. Besok saja yah,” rayu sang suami pada istrinya.
“Masa hanya kepiting tak bisa ditangkap. Kalau gitu kita gantian saja. Mas jaga rumah dan saya yang akan menangkap kepitingnya” ujar sang istri tidak sabar
Menjelang
sore hari, sang istri berangkat ke sungai setelah mendapat petunjuk
dari sang suami mengenai tempatnya. Meskipun sang suami tidak
mengizinkan istrinya pergi agar jangan sampai bertemu dengan kedua orang
hutan tadi, tapi karena tak mau cekcok dan membuat marah istrinya, maka
dengan terpaksa dan was-was akhirnya ia mengizinkannya.
Sesampainya
di sungai tersebut, sang istri turun dan akhirnya menemukan lubang yang
baru saja dimasuki suaminya. Ia juga merasa penasaran dan yakin kalau
dalam lubang itu ada kepitingnya, sehingga buru-buru ia melepaskan
seluruh pakaiannya agar tidak kotor lalu masuk ke lubang itu dengan
posisi seperti posisi suaminya tadi sewaktu dalam lubang. Belum sempat
ia memasukkan tangannya ke luang-lubang kecil yang ada dalam lubang
besar itu, tiba-tiba ia mendengar suara orang sedang bicara, bahkan
kedengarannya berjalan menuju ke arahnya.
“Wah,
celaka teman. Kita didahului orang lain. Buah busuk-busuk itu sudah
tidak ada di tempatnya. Rasanya baru saja dipetik orang lain dengan
menggunakan pisau tajam. Ini buktinya” kata salah seorang dari mereka
yang berdiri persis di dekat pantat sang istri itu sambil meraba,
mengelus dan menusuk-nusuk lubang kemaluan sang istri karena dianggapnya
sebagai bekas petikan/potongan buah tadi.
Kedua
orang hutan itu tidak ragu lagi kalau baru ‘buah’ itu baru saja
dipetiknya karena sewaktu ia meraba tempatnya, ia merasakan sedikit
basah, berlubang dan halus seperti bekas potongan pisau tajam.
“Untung
saja vaginaku halus, mulus, putih tanpa ditumbuhi bulu sehelaipun,
sehingga mereka tidak curiga kalau itu adalah daging montok wanita yang
sedang basah karena ketakutan sehingga mengeluarkan air kencing”,
demikian pikir sang istri.
“Ayo teman, kita cari dan kejar si pemetik buah impian kita itu. Ia pasti belum jauh dari tempat ini, karena bekas petikannya masih basah dan getahnya masih menetes” ajak salah seorang dari orang hutan itu.
“Ayo teman, kita cari dan kejar si pemetik buah impian kita itu. Ia pasti belum jauh dari tempat ini, karena bekas petikannya masih basah dan getahnya masih menetes” ajak salah seorang dari orang hutan itu.
Akhirnya mereka segera pergi dan sepakat mencari orang yang dicurigai telah memetik buah busuk-busuk impian mereka itu.
“OK,
kita bagi sasaran. Kamu ke kiri dan aku ke kanan. Ia pasti masih berada
di sekitar sini karena bau buah-buahan itu masih sangat terasa
busuknya”. Kata orang hutan yang satunya lagi seperti yang didengar oleh
sang istri ketika keduanya baru saja meninggalkan lubang kepiting itu.
Pikir
sang istri, bau busuk itu tentunya adalah bau kentut. Setelah itu, sang
istri terburu-buru keluar lalu pergi meninggalkan lubang itu sambil
berlari menjinjing pakaiannya. Sesampainya di rumah, keadannya persis
sama dengan keadaan suaminya ketika mengalami hal serupa. Ia tak mampu
berkata-kata dan sulit ia menjelaskan kejadian tadi. Mereka saling
menyembunyikan apa yang dialaminya di sungai tadi, meskipun dalam hati
mereka saling curiga tentang kemungkinan kejadian yang sama.
Keesokan
harinya, sang suami bersama sang istri sepakat untuk berangkat
bersama-sama ke sungai mencari kembali kepiting dengan keyakinan kalau
kedua orang hutan kemarin itu tidak bakal lewat di situ lagi karena buah
impiannya sudah dianggap tidak ada lagi. Keduanya langsung menuju ke
lubang yang masih diyakini ada kepitingnya.
“Mas,
coba sekali lagi. Kamu saja yang masuk biar saya yang jaga di luar
kalau-kalau ada orang yang melihat kita. Sebaiknya buka saja pakaiannya
Mas biar tidak kotor” kata sang istri ketika mereka sampai di dekat
lubang itu.
Setelah
sang suami masuk dengan posisi seperti semula dalam keadaan telanjang
bulat, sang istri menyaksikan kontol suaminya sedang tergantung di
selangkangannya sambil berpikir bahwa mungkin kontol suamiku inilah yang
dikatakan oleh kedua orang hutan kemarin itu sebagai buah busuk-busuk,
sehingga setelah ia melihat kemaluanku, ia lalu beranggapan kalau buah
itu sudah dipetik.
“Bagaimana
Mas? Sudah dapat kepitingnya?” tanya sang istri pada suaminya sambil
membungkuk untuk melihat keadaan suaminya dalam lubang.
“Belum dinda, tapi sudah hampir kutemukan. Sabarlah sebentar dinda”
Poker Online
“Belum dinda, tapi sudah hampir kutemukan. Sabarlah sebentar dinda”
Poker Online
“Ini kepitingnya Mas. Saya sudah menangkapnya” canda sang istri sambil memegang dan menarik-narik benda yang tergantung di selangkangan sang suami sambil tertawa terbahak-bahak.
Cerita Seks —
Nampaknya sang istri tak mau melepas ‘kepiting’ yang ditangkapnya itu,
malah ia semakin memainkannya, mengelus dan mengocoknya hingga
kepitingnya itu semakin keras, membengkak dan membuat pinggul sang suami
bergerak-gerak.

Comments
Post a Comment